Sebuah catatan tentang aku dan yo-yo ku.

Minggu, 03 Mei 2009

Oke Rosgana: Yoyo Hero dari Subang

Siapa yang tidak kenal dengan permainan yoyo? Dulu, salah satu permainan tradisional ini banyak dimainkan anak-anak di kampung. Sekarang ini, tak banyak anak-anak bisa memainkan yoyo. Bahkan permainan yoyo seperti juga permainan tradisional lain sudah tergeser oleh kehadiran video games yang perkembangannya sangat pesat.

Namun, berkat seseorang yang bernama Oke Rosgana (33), yoyo kembali menjadi sebuah permainan yang digemari. Terlebih lagi, yoyo bukan lagi menjadi permainan untuk anak-anak.

Oke memang telah membuat yoyo begitu digemari dan mengundang decak kagum. Betapa tidak, Oke memainkan yoyo bukan dengan cara seperti biasanya yang hanya dilempar ke bawah lantas kembali ke genggaman.

Oke memainkan yoyo dengan cara-cara ekstrim dan penuh dengan trik-trik dengan skil tinggi. Cara-cara yang orang awam sangat sulit untuk mencernanya. Bahkan cenderung tidak masuk akal.

Tak hanya itu, melalui permainan yoyo, nama Oke Rosgana yang juga sangat dikenal di dunia peryoyoan dunia. Namanya disejajarkan World Yoyo Master dari Brazil Rafael Matsunaga, World Champion 3A dari Kamboja Paul Yath atau Hiroyuki Suzuki, World Yoyo Champion 2006 dari Jepang.

Karena dinilai sudah jago main yoyo, Oke sudah tidak diperbolehkan untuk mengikuti lomba yoyo. Level Oke sudah naik kelas, ia menjadi juri di berbagai even yoyo seperti juri Superyoyo Contest di Jakarta sebanyak 5 kali, Juri Jakarta Yoyo Contest 2007.

Bahkan, Oke pernah diundang untuk menjadi juri di Asia Pasifik Yoyo Contest tahun 2006 di Genting, Malaysia. Tahun 2007 lalu, Oke memenangkan sebuah yoyo seharga US$450 dari sebuah kontes gambar desain pog atau tutup yoyo yang diadakan Duncan, perusahaan yoyo Amerika. Rencananya, desain yang dibuatnya akan dirilis Duncan pada bulan Februari nanti.

Oke ternyata tak hanya mahir bermain yoyo. Oke juga jago untuk urusan mendesain gambar pog yoyo. Bahkan, hasil desainnya pernah menjadi juara desain yoyo di Amerika.

Lalu, pernah Juara I logo Yoyowiki tahun 2005, juga juara I Proyo Pog Contest 2007. Kedua lomba ini diadakan di Amerika dan seluruh peserta mengirimkan gambar desainnya lewat E-mail.

Siapa sangka, kalau Oke Rosgana hanyalah seorang pemuda kampung dari Ciheuleut, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Ya, Oke memang berasal dari kabupaten yang berjarak 150 km dari Jakarta.

Tak heran, Oke mempunyai mimpi untuk membuat Kabupaten Subang bukan hanya sebagai Kota Nanas tapi juga Kota Yoyo. Di Indonesia, toko yang menjual yoyo standar internasional hanya ada di Subang. Ia juga mengembangkan permainan yoyo sebagai sebuah ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Subang.

“Ekstrakurikuler membuat saya lebih memiliki nilai pendidikan. Saya membawa yoyo ke lebih serius, yaitu ke pendidikan. Ini baru berjalan 4 bulan. Jadi bukan hanya trik dan kontes,” ungkap Oke dengan mimik serius.

Saat ditemui di rumahnya, BTN Ciheuleut Indah, Subang, Jawa Barat, Oke menunjukkan kebolehannya memainkan yoyo. Padahal, saat itu dirinya baru saja pulang dari tempat kerjanya. Oke adalah pegawai Bagian Promosi Dishubpar Kabupaten Subang.

“Profesi saya sebagai pegawai Dishubpar sangat relevan dengan yoyo. Melalui yoyo, saya ingin mengembangkan pariwisata Kabupaten Subang,” jelas Oke sambil terus memainkan yoyonya.

Masih dengan seragam PNS-nya, Oke semangat memainkan yoyo yang ada di genggaman tangan kanannya. Anak kembar pasangan Tedi Rosadi dan Sugantini ini langsung memutar-mutar yoyo mengelilingi badannya.

Gerakan putarannya semakin lama semakin cepat. Kadang-kadang, yoyo berwarna hijau itu dilemparnya ke samping kiri dan kanan. Bulir-bulir keringat terlihat di dahi dan pelipisnya.

Siang itu, cuaca Subang memang sangat panas. Tapi laki-laki yang juga hobi main bumerang ini seakan tak memperdulikannya. Yoyo itu dilemparnya ke bawah dengan cepat.

Saat posisi yoyo masih berputar di bawah, dengan cekatan jari-jari tangan kirinya mengambil tali yang melilit yoyo itu. Dengan gerakan luwes, tali itu dibentuknya menjadi bermacam-macam pola.

Hebatnya, tali yang telah berbelit-belit membentuk pola itu bisa dengan mudah dikembalikan seperti semula. Dan itu dilakukannya dengan posisi yoyo dalam keadaan terus berputar.

Di Indonesia, banyak orang sudah bisa memainkan yoyo seperti Oke. Namun, orang yang sangat demikian ‘gila’ mencintai yoyo hanyalah Oke. Lelaki asal Subang itu juga menjadi awal perkembangan yoyo modern di Indonesia.

Melalui tangannya lahir Klub Yoyo Indonesia. Melalui kiprahnya juga yoyo semakin banyak diminati anak-anak muda. Bahkan sudah beberapa kali kontes yoyo diselenggarakan.

Ia juga membuat wadah pecinta yoyo Indonesia lewat yoyoindonesia@yahoogroups.com. Anggota yang berjumlah sekitar 140 orang ini tersebar di Subang, Bandung dan Jakarta.

“Bagi yang ingin bertanya seputar yoyo, bisa imel saya ke rosgana@yahoo.com. Kita biasanya satu bulan sekali kumpul di Senayan untuk latihan dan sharing,” kata Oke promosi.

Pantas pula, Oke disebut sebagai father of yoyo Indonesia atau bapak yoyo Indonesia. Tak sedikit yang memanggilnya yoyoman Indonesia. Di luar negeri, Oke dikenal sebagai yoyo hero Indonesia.

Ya, Oke memang pahlawan yoyo bagi Indonesia. Oke yang pernah menjadi juara pertama 30 Menit Menjadi Bintang ini telah membawa yoyo yang merupakan permainan anak-anak menjadi permainan yang sangat bergengsi.

Kedasyatan laki-laki kelahiran Bandung, 20 Oktober 1975 ini memainkan yoyo bukan didapat secara instan. Namun dengan ketekunan dan kerja keras. Akhir tahun 1999 adalah waktu pertama kali Oke melihat orang memainkan yoyo.

Kala itu, Oke yang masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Tehnologi Bandung (FSRD ITB) melihat Yohanes van Elzen dan Kate Miller dari Amerika memperagakan kebolehannya bermain yoyo di sebuah mal di Bandung.

“Saya seneng yoyo karena triknya unik. Saya juga kenal yoyo waktu dulu masih SD. Saya nglihatnya hanya sebatas mainan biasa saja. Lempar sekali dua kali udah bosen gitu. Enggak ada yg didapet. Setelah umur 25 tahun, saya melihat trik ternyata bisa dimainin macem-macem dan membuat orang terpukau,” cerita Oke.

Karena tertarik, Oke membeli sebuah yoyo berjenis Turbo Bumble Bee bermerk Proyo yang dipromosikan Yohanes dan Kate. Yoyo yang bentuknya masih standar (tidak memiliki celah lebar) dibelinya seharga Rp 99.900.

“Yoyo itu adalah yoyo pertama yang pakai ball baring. Saya pakai itu untuk belajar. Waktu itu ya masih belum bisa melakukan trik-trik yang lebih sulit,” ujar Oke.

Dengan menggunakan yoyo itu pula, Oke mulai mempelajari trik-trik bermain yoyo lewat internet. Karena tidak mempunyai uang lebih, Oke memakai internet gratis di kampusnya.

“Di kampus kan ada radio kampus. Di situ ada fasilitas internet gratis kan. Kalau malem kan udah enggak dipake tuh. Saya yang pake habis Isya sampai Subuh. Saya mempelajari triknya. Paginya kuliah. Paling tidur 2-3 jam,” ujar Oke.

Hatinya mulai tertantang untuk lebih serius kala Yohanes van Elzen dan Kate Miller yang merupakan juara Proyo Amerika datang ke Bandung untuk kedua kalinya.

“Yohanes mengumumkan akan memberi yoyo seharga Rp 1 juta jika ada peserta dari Indonesia bisa memainkan trik yang ia tunjukkan. Saya ingin tahu rasanya main dengan yoyo Rp 1 juta. Apalagi yoyo ini masuk Guiness Book of Record 2000 sebagai yoyo yang paling diminati,” kata Oke sambil tertawa.

Berkat latihan 8 jam satu hari selama satu tahun, dari 25 orang peserta hanya Oke yang bisa melakukan trik yang ditunjukkan Yohanes. Akhirnya, Oke bisa membawa pulang yoyo Cold Fusion GT yang diperlombakan.

Namun, setelah itu, karena tidak ada teman yang juga bermain yoyo, Oke bermain sendirian. Untuk menambah ilmunya, selain rajin browsing internet, Oke juga ikut sebuah forum pecinta yoyo internasional bernama Dave’s Skill Toys pada tahun 2001.

Selanjutnya, tahun 2002 sampai tahun 2004 merupakan tahun suram bagi pecinta yoyo Indonesia. Untuk itu, Oke memutuskan untuk berhenti bermain yoyo. Selain harus lulus kuliah, periode itu, yoyo sangat sulit didapat dan hampir tidak ada kejuaraan yoyo.

“Saya harus membereskan kuliah dulu. Sudah semester 10 soalnya. Selain itu, saya juga banyak proyek bersama teman-teman seperti bikin film, fotografi juga film pendek,” ucap Oke yang lulus kuliah tahun 2002 ini.

Tiba-tiba, pada pertengahan tahun 2004, secara tidak sengaja, Oke melihat sebuah yoyo bernama Hitman keluaran perusahaan YoYoJam. Hati Oke kembali bergetar.

“Harganya Rp 600 ribu. Ditambah ongkos kirim jadinya Rp 1 jutaan. Saya nabung, cari cara untuk dapetin yoyo itu. Dalam pikiran, saya harus dapat yoyo Hitman ini,” jelas Oke.

Setelah uang terkumpul, Oke malah merasa sayang untuk membeli yoyo incarannya itu. Uang itu akhirnya dipakai untuk menikahi Milda Halida. Mereka telah dikarunia seorang anak lucu bernama Hasya Azka Syahida yang kini berumur 1 tahun.

“Hasil nikahan saya beliin tali yoyo dan aksesoris lainnya. Semakin lama saya malah makin memikirkan untuk mencari cara ngedapetin yoyo itu. Itu selalu terbayang,” terang Oke.

Otaknya terus diputar agar bisa segera menghasilkan uang. Suatu waktu saat sedang melihat forum Dave’s Skill Toys yang bermarkas di Albuquerque, Amerika ini timbul sebuah ide cemerlang.

Sebuah ide yang nantinya membawa nama Oke di kenal para pecinta yoyo dunia. Idenya adalah menggambar pog yoyo. Terlebih lagi, ia lulusan FSRD ITB.

“Akhirnya saya gambar dan gambar itu saya tawarin ke forum. Masih gratisan sih. Makin lama makin banyak yang pesen. Meski gratis, banyak dari orang yang saya gambar mengirimkan bayaran yoyo ke saya,” jelas Oke.

Keuntungan Oke ternyata tidak hanya dapat yoyo tapi juga dikenal di seluruh anggota forum yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Karirnya semakin mengkilat saat seorang Amerika bernama Kevin Nelander memesan desain untuk logo perusahaannya Atomic Cow untuk pertama kalinya. Bayarannya yoyo Hitman dan Wind Furry.

“Banyak yang pesen gambar ke saya. Bukan hanya dari AS tapi juga dari Singapura, Australia, berbagai negara Eropa termasuk Inggris. Kevin sendiri ternyata memberi saya empat yoyo,” kata Oke bangga.

Namanya semakin melambung saat pemilik forum yang diikutinya, Dave W. Hall memintanya untuk membuatkan logo perusahannya. Dave merupakan salah satu distributor yoyo terbesar di Amerika. Ia meminta Oke atas saran Kevin.

“Saya seneng banget. Setahu saya dia sudah ngadain lomba untuk logo perusahaannya. Tapi dia enggak terlalu suka dengan logonya itu. Kemudian dia nyari lagi. Akhirnya setelah melihat gambar bikinan saya dia seneng. Apalagi saya juga mintanya enggak dibayar pakai uang tapi pakai yoyo,” jelas Oke.

Dave ingin logonya bergaya oldschool atau klasik bernuansa biru dan itu bisa dipenuhi Oke. Dave juga memesan desain untuk t-shirt, stiker dan logo untuk museum yoyo miliknya. Pesanan Dave terus berlanjut hingga sekarang.

Gambar desain Oke tak lagi gratis. Setiap gambarnya dihargai US$ 400. Pundi-pundinya akan bertambah US$ 200 jika gambarnya dipakai dalam kontes yoyo dunia.

Tahun 2005, pesanan terus mengalir. Perusahaan Inggris, hspin.com memintanya menggambar 24 yoyo limited edition, RadiYoactive dari Afrika Selatan, YoYoGuys dan toko yoyo, Turf Store juga ikut memesan gambarnya.

Dari RadiYoactive, Oke bahkan diminta untuk membantu mempromosikan sebuah perusahaan susu di Sudan. Pada tanggal 20 Januari nanti, Oke untuk yang ketiga kalinya diminta datang ke Sudan.

“Kali ini, saya diundang dalam acara Khartoum International Fair 2008 yang diadakan setiap tahunnya pada pertengahan Januari. Saya juga akan membawa nama Indonesia. Mungkin saya akan membawakan jaipong atau pencak silat,” terang Oke.

Nama Oke memang harum sebagai rajanya desain pog yoyo dan juga permainan yoyonya. Tapi Oke tak berhenti sampai di sini, Oke kemudian membuat yoyo sendiri.

Yoyo yang terbuat dari alumunium ini diberi nama Rozzor yang beratnya 72 gram dan berdiameter lingkar 54 milimeter. Saat ini, Rozzor baru tahap prototipe.

“Karena di Indonesia kita bisa menemukan yang sangat bagus. Yang bagus banyak. Yang untuk profesional yang seimbang itu enggak ada. Makanya untuk itu saya memutuskan untuk bikin sendiri. Saya memutuskan untuk bikin yoyo metal, bertaraf internasional, kuatnya sama dan seimbang,” ungkap Oke.

Pembuatan Rozzor sendiri mengalami kendala. Selain bahan bakunya sulit, mesin yang digunakan pun harus mesin khusus bernama mesin CNC (Computerized Numerical Controled).

“Mesin ini bisa membuat presisi. Kata teman saya yang mempunyai mesin itu, membuat yoyo yang bagus lebih susah dari membuat mesin motor,” candanya.

Mimpi yang lain, lewat yoyo, Oke ingin lebih mengenalkan Subang dan juga Indonesia pada dunia internasional. “Saya ingin mengenalkan permainan yoyo di Indonesia sekaligus membawa orang dari luar negeri untuk datang ke Indonesia,” ujarnya.

0 Comments:

 

blogger templates 3 columns | Make Money Online